1. Pengertian
Strategi
merupakan pola umum rentetan kegiatan yang harus dilakukan untuk
mencapai tujuan tertentu (Sanjaya, 2008: 99). Dikatakan pola umum, sebab
suatu strategi pada hakekatnya belum mengarah kepada hal-hal yang
bersifat praktis, masih berupa rencana atau gambaran menyeluruh.
Sedangkan untuk mencapai tujuan, strategi disusun untuk tujuan
tertentu.
Dalam dunia
pendidikan, strategi diartikan sebagai “a plan, method, or series of
activities designed to achieves a particular educational goal“ (J. R.
David, 1976). Demikian juga halnya dalam proses pembelajaran, untuk
mencapai tujuan pembelajaran perlu disusun suatu strategi agar tujuan
itu tercapai secara optimal. Tanpa suatu strategi yang cocok, tepat dan
jitu, tidak mungkin tujuan dapat tercapai.
Darsono
(2001: 24) Secara umum mendefinisikan pengertian belajar merupakan
suatu kegiatan yang mengakibatkan terjadinya perubahan tingkah laku,
maka pengertian pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh
guru sedemikian rupa, sehingga tingkah laku peserta didik berubah ke
arah yang lebih baik.
Kegiatan
pembelajaran dapat berlangsung di mana-mana, misalnya di lingkungan
keluarga, di sekolah dan di masyarakat. Belajar dan pembelajaran di
sekolah sifatnya formal. Semua komponen dalam proses pembelajaran
direncanakan secara sistematis. Komponen guru sangat berperan dalam
membantu peserta didik untuk mencapai hasil belajar yang optimal. Jadi,
seorang guru dituntut mempunyai pengetahuan, keterampilan, dan sikap
yang profesional dalam membelajarkan peserta didik-peserta didiknya.
Secara
khusus pembelajaran menurut teori Behavioristik adalah usaha guru
membentuk tingkah laku yang diinginkan dengan menyediakan lingkungan
(stimulus). Agar terjadi hubungan stimulus dan respons (tingkah laku
yang diinginkan) perlu latihan dan setiap latihan yang berhasil harus
diberi hadiah dan atau reinforcement (penguatan).
Sedangkan
menurut Gestalt pembelajaran adalah usaha guru untuk memberikan materi
pembelajaran sedemikian rupa, sehingga peserta didik lebih mudah
mengorganisirnya (mengaturnya) menjadi suatu gestalt (pola bermakna).
Bantuan guru diperlukan untuk mengaktualkan potensi mengorganisir yang
terdapat dalam diri peserta didik.
Jadi
dengan demikian strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai
perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk
mencapai tujuan pendidikan tertentu (Sanjaya, 2008: 126).
Menurut
Uno (2008: 3), Strategi pembelajaran adalah cara-cara yang akan
digunakan oleh pengajar untuk memilih kegiatan belajar yang akan
digunakan selama proses pembelajaran. Pemilihan tersebut dilakukan
dengan mempertimbangkan situasi dan kondisi, sumber belajar, kebutuhan
dan karakteristik peserta didik yang dihadapi dalam rangka mencapai
tujuan pembelajaran tertentu.
Memperhatikan
beberapa pengertian strategi pembelajaran di atas, dapat disimpulkan
bahwa strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang akan dipilih dan
digunakan oleh seorang pengajar untuk menyampaikan materi pembelajaran
sehingga akan memudahkan peserta didik menerima dan memahami materi
pembelajaran, yang pada akhirnya tujuan pembelajaran dapat dikuasainya
di akhir kegiatan belajar.
2. Jenis-jenis Strategi Pembelajaran
a. Model pembelajaran konstruktivisme
Konstruktivisme
merupakan salah satu perkembangan model pembelajaran mutakhir yang
mengedepankan aktivitas peserta didik dalam setiap interaksi edukatif
untuk dapat melakukan eksplorasi dan menemukan pengetahuannya sendiri.
Konstruktivisme menganggap bahwa semua peserta didik memiliki gagasan
atau pengetahuan tentang lingkungan dan peristiwa (gejala) yang terjadi
di lingkungan sekitarnya, meskipun gagasan atau pengetahuan ini
seringkali naif atau juga miskonsepsi (Khairudin, 2007: 197).
Diantara
ciri yang dapat ditemukan dalam model pembelajaran konstruktivisme ini
adalah peserta didik tidak diindoktrinasi dengan pengetahuan yang
disampaikan oleh guru, melainkan mereka menemukan dan mengeksplorasi
pengetahuan tersebut dengan apa yang telah mereka ketahui dan pelajari
sendiri.
Selain ciri tersebut
dalam perspekif konstruktivisme, proses pembelajaran yang dilaksanakan
di kelas harus menekankan 4 komponen kunci yaitu:
1) Peserta didik membangun pemahamannya sendiri dari hasil belajarnya bukan karena disampaikan (diajarkan).
2) Pelajaran baru sangat tergantung pada pelajarannya sebelumnya.
3) Belajar dapat ditingkatkan dengan interaksi sosial.
4) Penugasan-penugasan dalam belajar dapat meningkatkan kebermaknaan proses pembelajaran.
Dalam
konteks pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model
konstruktivisme ini, guru tidak dapat mengindoktrinasi gagasan ilmiah
supaya peserta didik mau mengganti dan memodifikasi gagasannya yang non
ilmiah menjadi gagasan ilmiah.
Beberapa
bentuk belajar yang sesuai dengan filosofis konstruktivisme antara lain
diskusi (yang menyediakan kesempatan agar semua peserta didik mau
mengungkapkan gagasan), pengujian hasil penelitian sederhana,
demonstrasi, peragaan prosedur ilmiah dan kegiatan praktis lain yang
memberi peluang peserta didik untuk
mempertajam gagasannya (Shaleh, 2004: 219-220).
b. Model Contextual Teaching and Learning (CTL)
CTL
adalah merupakan model pembelajaran yang mengaitkan antara materi
pembelajaran dengan situasi dunia nyata yang berkembang dan terjadi di
lingkungan sekitar peserta didik sehingga dia mampu menghubungkan dan
menerapkan kompetensi hasil belajar dengan kehidupan sehari-hari
mereka.
Pembelajaran kontekstual
ini menekankan pada daya pikir yang tinggi, transfer ilmu pengetahuan,
mengumpulkan dan menganalisis data, memecahkan problema-problema
tertentu baik secara individu maupun kelompok.
Pembelajaran
dengan CTL akan memungkinkan proses belajar yang tenang dan
menyenangkan karena proses pembelajaran dilakukan secara alamiah dan
kemudian peserta didik dapat mempraktekkan secara langsung beberapa
materi yang telah dipelajarinya.
Pembelajaran
CTL mendorong peserta didik memahami hakekat, makna dan manfaat belajar
sehingga akan memberikan stimulus dan motivasi kepada mereka untuk
rajin dan senantiasa belajar.
Dengan
penerapan CTL hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi peserta
didik. Oleh karenanya proses pembelajaran harus berlangsung secara
alamiah dalam bentuk kegiatan peserta didik bekerja dan mengalami, bukan
dalam bentuk transfer pengetahuan dari guru kepada peserta didik.
Strategi dan penggunaan metode dalam pembelajaran menjadi lebih penting
dibandingkan dengan hasil pembelajaran.
Dengan
menerapkan CTL ini guru tidak hanya menyampaikan materi belaka yang
berupa hafalan tetapi juga bagaimana mengatur lingkungan dan strategi
pembelajaran yang memungkinkan peserta didik termotivasi untuk belajar.
Lingkungan belajar yang kondusif sangat penting dan sangat menunjang
pembelajaran kontekstual dan keberhasilan pembelajaran secara
keseluruhan.
Sehubungan dengan
hal itu, terdapat lima karakteristik penting dalam proses pembelajaran
yang menggunakan pendekatan CTL. Antara lain :
1)
Dalam CTL, pembelajaran merupakan proses pengaktifan pengetahuan yang
sudah ada (activating knowledge), artinya pengetahuan yang akan
diperoleh peserta didik adalah pegetahuan utuh yang memiliki keterkaitan
satu sama lain.
2) Pembelajaran yang kontekstual
adalah belajar dalam rangka memperoleh dan menambah pengetahuan baru
(acquiring knowledge). Pengetahuan baru itu diperoleh dengan cara
deduktif, artinya pembelajaran dimulai dengan mempelajari secara
keseluruhan, kemudian memperhatikan detailnya.
3)
Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge), artinya pengetahuan
yang diperoleh bukan untuk dihafal tetapi untuk dipahami dan diyakini.
4)
Mempraktekkan pengetahuan dan pengalaman tersebut (applying knowledge),
artinya pengetahuan dan pengalaman yang diperolehnya harus dapat
diaplikasikan dalam kehidupan peserta didik, sehingga tampak perubahan
peserta didik.
5) Melakukan refleksi (reflecting
knowledge) terhadap strategi pengembangan pengetahuan. Hal ini dilakukan
sebagai umpan balik untuk proses perbaikan dan penyempurnaan strategi.
c. Model Pembelajaran Tematik
Pembelajaran
tematik merupakan pembelajaran yang melibatkan beberapa mata pelajaran
untuk memberikan pengalaman yang bermakna kepada peserta didik (Shaleh,
2005: 12). Keterpaduan dalam pembelajaran ini dapat dilihat dari aspek
proses atau waktu, aspek kurikulum dan aspek pembelajaran.
Strategi
pembelajaran tematik lebih mengutamakan pengalaman belajar peserta
didik, yakni melalui belajar yang menyenangkan tanpa tekanan dan
ketakutan, tetapi tetap bermakna bagi peserta didik. Dalam menanamkan
konsep atau pengetahuan dan keterampilan, peserta didik tidak harus
diberi latihan hafalan berulang-ulang (drill), tetapi ia belajar melalui
pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang sudah
dipahami.
Pembelajaran tematik
ini dikenal juga dengan pembelajaran terpadu, yang pembelajarannya
dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan kejiwaan peserta
didik. Pembelajaran terpadu merupakan suatu aplikasi salah satu strategi
pembelajaran berdasarkan pendekatan kurikulum terpadu yang bertujuan
untuk menciptakan proses pembelajaran secara relevan dan bermakna bagi
peserta didik.
Penerapan model pembelajaran ini memiliki nilai positif dan kekuatan antara lain :
1) Pengalaman dan kegiatan belajar yang relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan peserta didik.
2) Menyenangkan karena bertolak dari minat dan kebutuhan peserta didik.
3) Hasil belajar akan bertahan lebih lama karena lebih berkesan dan bermakna.
4) Mengembangkan keterampilan berpikir peserta didik sesuai dengan problem yang dihadapi.
5) Menumbuhkan keterampilan sosial dalam bekerja sama, toleransi, komunikasi dan tanggap terhadap gagasan orang lain.
Beberapa
sisi positif yang berkaitan dengan materi pelajaran dari penggunaan
pendekatan pembelajaran tematik ini adalah : pertama, materi pelajaran
menjadi dekat dengan kehidupan anak sehingga anak dengan mudah memahami
dan melakukannya. Kedua, peserta didik juga dengan mudah dapat
mengaitkan hubungan antara materi pelajaran yang satu dengan materi
pelajaran yang lain. Ketiga, dengan bekerja kelompok peserta didik dapat
mengembangkan kemampuan belajarnya dalam aspek kognitif, afektif dan
psikomotorik.
Keempat,
pembelajaran tematik dapat mengakomodir jenis kecerdasan peserta didik.
Kelima, guru dapat dengan mudah melaksanakan belajar peserta didik aktif
sebagai metode pembelajaran.
d. Model Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAIKEM)
Model
PAIKEM merupakan singkatan dari Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif,
Efektif dan Menyenangkan. Istilah Aktif, maksudnya pembelajaran adalah
sebuah proses aktif membangun makna dan pemahaman dari informasi, ilmu
pengetahuan maupun pengalaman oleh peserta didik sendiri. Inovatif,
dimaksudkan dalam pembelajaran diharapkan peserta didik dapat
memunculkan ide-ide baru atau inovasi-inovasi positif yang dapat
mendukung pemahaman peserta didik terhadap suatu pelajaran tertentu.
Kreatif, memiliki makna bahwa pembelajaran merupakan sebuah proses
mengembangkan kreatifitas peserta didik, karena pada dasarnya setiap
individu memiliki imajinasi dan rasa ingin tahu yang tidak pernah
berhenti.
Sedangkan istilah
Menyenangkan dimaksudkan bahwa proses pembelajaran harus berlangsung
dalam suasana yang menyenangkan dan mengesankan.
Secara
umum, tujuan penerapan model PAIKEM ini adalah agar proses pembelajaran
yang dilaksanakan di kelas dapat merangsang aktivitas dan kreativitas
belajar peserta didik serta dilaksanakan dengan efektif dan
menyenangkan. Model pembelajaran ini merupakan salah satu alternatif
solusi untuk menciptakan lulusan (outcome) yang berkualitas, kompetitif
dan unggul.
1) Pembelajaran Aktif (Active Learning)
Pembelajaran
aktif merupakan model pembelajaran yang lebih banyak melibatkan peserta
didik dalam mengakses berbagai informasi dan pengetahuan untuk dibahas
dan dikaji dalam proses pembelajaran di kelas, sehingga mereka
mendapatkan berbagai pengalaman yang dapat meningkatkan kompetensinya.
Model
pembelajaran aktif ini, meniscayakan adanya minimalisasi peran guru di
kelas. Guru lebih memposisikan dirinya sebagai fasilitator pembelajaran
yang mengatur sirkulasi dan jalannya proses pembelajaran dengan terlebih
dahulu menyampaikan tujuan dan kompetensi yang akan dicapai dalam
suatu proses pembelajaran.
2) Pembelajaran Kreatif (Creative Learning)
Pembelajaran
kreatif merupakan proses pembelajaran yang mengharuskan guru untuk
dapat memotivasi dan memunculkan kreativitas peserta didik selama proses
pembelajaran berlangsung dengan menggunakan beberapa metode dan
strategi yang variatif, misalnya kerja kelompok, pemecahan masalah dan
sebagainya.
Pembelajaran kreatif ini diharapkan
peserta didik mampu memunculkan kreatifitas, baik dalam konteks kreatif
berpikir maupun dalam konteks kreatif melakukan sesuatu. Kreatif dalam
berpikir merupakan kemampuan imajinatif namun rasional.
Terdapat empat tahap dalam peningkatan kebiasaan berpikir kreatif, yakni:
a) Persiapan, yakni proses pengumpulan berbagai informasi untuk diuji.
b)
Inkubasi, yakni suatu rentang waktu untuk merenungkan hipotesis
informasi tersebut sampai memperoleh keyakinan bahwa hipotesis tersebut
rasional.
c) Iluminasi, yakni kondisi menemukan keyakinan bahwa hipotesis tersebut benar, tepat dan rasional.
d) Verifikasi, yakni pengujian kembali hasil hipotesis tersebut untuk dijadikan sebuah rekomendasi (Rosyada, 2003: 107)
Sedangkan
kreatif dalam melakukan sesuatu adalah kemampuan peserta didik dalam
menghasilkan sebuah kegiatan atau aktivitas baru yang diperoleh dari
hasil berpikir kreatif dan mewujudkannya dalam bentuk sebuah hasil karya
yang baru.
3) Pembelajaran yang efektif (Effective Learning)
Pembelajaran
dapat dikatakan efektif jika peserta didik mengalami berbagai
pengalaman baru (new experiences) dan perilakunya menjadi berubah menuju
titik akumulasi kompetensi yang diharapkan. Hal ini dapat tercapai jika
guru melibatkan peserta didik dalam perencanaan dan proses
pembelajaran.
Beberapa prosedur yang dapat dilakukan dalam melakukan proses pembelajaran efektif, yakni :
a) Melakukan Apersepsi (Pemanasan)
Apersepsi
ini dilakukan untuk menjajagi pengetahuan dan memotivasi peserta didik
dengan menyajikan materi yang menarik dan mendorongnya untuk mengetahui
hal-hal yang baru.
b) Eksplorasi
Eksplorasi
merupakan kegiatan pembelajaran untuk mengenalkan bahan dan
mengaitkannya dengan pengetahuan yang telah dimiliki oleh peserta
didik.
c) Konsolidasi Pembelajaran
Konsolidasi
merupakan kegiatan untuk mengaktifkan peserta didik dalam pembentukan
kompetensi, dengan mengaitkan kompetensi dengan kehidupan peserta
didik.
d) Penilaian
Penilaian
dimaksudkan sebagai kegiatan menghimpun fakta-fakta dan dokumen belajar
peserta didik yang dapat dipercaya untuk melakukan perbaikan program
pembelajaran.
Dengan
demikian, dalam pembelajaran efektif, peserta didik perlu dilibatkan
secara aktif, karena mereka adalah pusat dari kegiatan pembelajaran dan
pembentukan kompetensi.
Selain
itu, untuk menciptakan proses pembelajaran yang efektif, guru harus
memperhatikan beberapa hal yang mendasar antara lain adalah pengelolaan
tempat belajar, pengelolaan peserta didik, pengelolaan kegiatan
pembelajaran, pengelolaan isi / materi pelajaran dan pengelolaan sumber
belajar.
4) Pembelajaran yang Menyenangkan (Joyful Learning)
Pembelajaran
yang menyenangkan (joyful learning) merupakan sebuah pembelajaran yang
di dalamnya terdapat kohesi yang kuat antara guru dan peserta didik
dengan tanpa ada perasaan tertekan. Guru memposisikan diri sebagai mitra
belajar peserta didik di kelas, sehingga tidak ada beban bagi peserta
didik dalam proses pembelajaran.
Untuk
mewujudkan proses pembelajaran yang menyenangkan ini, guru dituntut
untuk mandesain materi pembelajaran dengan baik serta
mengkombinasikannya dengan strategi pembelajaran yang mengedepankan
keterlibatan aktif peserta didik di kelas, seperti simulasi, game, team
quiz, role playing dan sebagainya.
Munculnya
berbagai strategi tersebut sebenarnya secara substansial memiliki
kesamaan tujuan dan bersifat saling melengkapi antara satu strategi
dengan lainnya. Meskipun dalam istilah menjelma dengan nama yang
berbeda.
Tidak semua strategi
pembelajaran cocok digunakan untuk mencapai semua tujuan dan semua
keadaan. Setiap strategi memiliki kekhasan sendiri-sendiri. Guru dapat
memilih strategi yang dianggap cocok dengan keadaan.
3. Konsep Dasar Strategi Pembelajaran
a. Menetapkan spesifikasi dan kulifikasi perubahan tingkah laku.
Spesifikasi
dan kualifikasi perubahan tingkah laku bagaimana yang diinginkan
sebagai hasil pembelajaran yang dilakukan itu. Di sini terlihat apa yang
dijadikan sebagai sasaran dari kegiatan pembelajaran.
Sasaran
yang dituju harus jelas dan terarah. Oleh karena itu, tujuan
pembelajaran harus jelas dan konkret, sehingga mudah dipahami oleh
peserta didik.
b. Memilih sistem pendekatan pembelajaran berdasarkan aspirasi dan pandangan hidup masyarakat.
Memilih
cara pendekatan pembelajaran yang dianggap paling tepat dan efektif
untuk mencapai sasaran. Bagaimana cara guru memandang suatu persoalan,
konsep, pengertian dan teori apa yang guru gunakan dalam memecahkan
suatu kasus akan mempengaruhi hasilnya. Satu masalah yang dipelajari
oleh dua orang dengan pendekatan yang berbeda, akan menghasilkan
kesimpulan-kesimpulan yang tidak sama.
Norma-norma
sosial seperti baik, benar, adil dan sebagainya akan melahirkan
kesimpulan yang berbeda dan bahkan mungkin bertentangan bila dalam cara
pendekatannya menggunakan berbagai disiplin ilmu.
c. Memilih prosedur, metode dan tehnik pembelajaran
Memilih
dan menetapkan prosedur, metode dan tehnik pembelajaran yang dianggap
paling tepat dan efektif sehingga dapat dijadikan pegangan oleh guru
dalam menunaikan kegiatan mengajarnya.
Metode
atau tehnik penyajian untuk memotivasi anak didik agar mampu menerapkan
pengetahuan dan pengalamannya untuk memecahkan masalah, berbeda dengan
cara atau metode supaya anak didik terdorong dan mampu berpikir bebas
dan cukup keberanian untuk mengemukakan pendapatnya sendiri. Untuk ini
guru
membutuhkan variasi dalam penggunaan tehnik penyajian supaya kegiatan pembelajaran yang berlangsung tidak membosankan.
d. Menerapkan norma dan kriteria keberhasilan kegiatan pembelajaran.
Menerapkan
norma-norma atau kriteria keberhasilan sehingga guru mempunyai pegangan
yang dapat dijadikan ukuran untuk menilai sampai sejauh mana
keberhasilan tugas-tugas yang telah dilakukannya.
Suatu
program baru bisa diketahui keberhasilannya, setelah dilakukan
evaluasi. Sistem penilaian dalam kegiatan pembelajaran merupakan salah
satu strategi yang tidak bisa dipisahkan dengan strategi dasar yang
lain.
Mayer (1977: 54) menyampaikan beberapa kriteria yang dapat digunakan dalam memilih strategi pembelajaran, yaitu sebagai berikut:
1) Berorientasi pada tujuan pembelajaran.
2)
Pilih teknik pembelajaran sesuai dengan keterampilan yang diharapkan
dapat dimiliki saat bekerja nanti (dihubungkan dengan dunia kerja).
3) Gunakan media pembelajaran yang sebanyak mungkin memberikan rangsangan pada indra peserta didik.
Kriteria
pemilihan strategi pembelajaran hendaknya dilandasi prinsip efisiensi
dan efektivitas dalam mencapai tujuan pembelajaran dan tingkat
keterlibatan peserta didik. Pemilihan strategi pembelajaran yang tepat
diarahkan agar peserta didik dapat melaksanakan kegiatan pembelajaran
secara optimal.
4. Berbagai Pendekatan dalam Strategi Pembelajaran
Pendekatan
dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap
proses pembelajaran. Oleh karenanya strategi dan metode pembelajaran
yang digunakan dapat bersumber atau tergantung dari pendekatan
tertentu.
Uno (2008: 9, 17)
membagi pendekatan pembelajaran menjadi dua yaitu pendekatan
pembelajaran pemrosesan informasi dan pendekatan pembelajaran individu.
a. Pendekatan Pembelajaran Pemrosesan Informasi.
Ada beberapa model yang termasuk di dalam pendekatan pembelajaran pemrosesan informasi yaitu :
1) Model pembelajaran perolehan konsep (Consept attainment model)
Pendekatan
pembelajaran perolehan konsep adalah suatu pendekatan pembelajaran yang
bertujuan untuk membantu peserta didik memahami suatu konsep tertentu.
Pendekatan pembelajaran ini dapat diterapkan untuk semua umur, dari
anak-anak sampai orang dewasa. Pendekatan ini lebih tepat digunakan
ketika penekanan pembelajaran lebih dititikberatkan pada mengenalkan
konsep baru, melatih kemampuan berpikir induktif dan melatih berpikir
analisis.
Model pembelajaran ini
sangat sesuai digunakan untuk pembelajaran yang menekankan pada
perolehan suatu konsep baru atau untuk mengajar cara berpikir induktif
kepada peserta didik.
2) Model pembelajaran berpikir induktif
Model
pembelajaran berpikir induktif merupakan karya besar Hilda Taba. Suatu
strategi mengajar yang dikembangkan untuk meningkatkan kemampuan peserta
didik dalam mengolah informasi.
Model
pembelajaran ini ditujukan untuk membangun mental kognitif. Karenanya
sangat sesuai untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Namun demikian,
strategi ini sangat membutuhkan banyak informasi yang harus digali oleh
peserta didik.
3) Model pembelajaran inquiry training
Model
ini bertujuan untuk melatih kemampuan peserta didik dalam meneliti,
menjelaskan fenomena dan memecahkan masalah secara ilmiah. Sesuatu yang
saat ini diyakini benar, kelak suatu saat belum tentu benar atau
berubah. Di samping itu peserta didik dilatih untuk dapat menghargai
alternatif-alternatif lain yang mungkin berbeda dengan yang telah ada
sebelumnya dan telah diyakini sebagai suatu kebenaran.
Terdapat
lima langkah prosedur mengerjakan inquiry training. Tahap pertama,
peserta didik dihadapkan pada suatu situasi yang membingungkan
(teka-teki). Tahap kedua dan ketiga, pengumpulan data untuk verifikasi
dan eksperimentasi. Tahap keempat, merumuskan penjelasan atas peristiwa
yang telah dialami peserta didik dan tahap kelima, menganalisis proses
penelitian yang telah mereka lakukan.
b. Pendekatan Pembelajaran Individu
Ada beberapa model pembelajaran yang termasuk dalam pendekatan ini, diantaranya adalah :
1) Model Pembelajaran Tidak Langsung (Non- Derective Teaching)
Model
pembelajaran tidak langsung menekankan pada upaya menfasilitasi
belajar. Tujuan utamanya adalah membantu peserta didik mencapai
integrasi pribadi, efektifitas pribadi dan penghargaan terhadap dirinya
secara realistis.
Model
pembelajaran ini bisa digunakan untuk berbagai situasi masalah, baik
masalah pribadi, sosial dan akademik. Dalam masalah pribadi, peserta
didik menggali perasaannya tentang dirinya. Dalam masalah sosial, ia
menggali tentang hubungannya dengan orang lain dan dalam masalah
akademik, ia menggali perasaannya tentang kompetisi dan minatnya.
2) Model Pembelajaran Pelatihan Kesadaran (Awarenes Training)
Model
pembelajaran pelatihan kesadaran merupakan suatu model pembelajaran
yang ditujukan untuk meningkatkan kesadaran manusia. Model ini
dikembangkan oleh Milliam Schutz. Ia menekankan pentingnya pelatihan
interpersonal sebagai sarana peningkatan kesadaran pribadi (pemahaman
diri individu).
Model
pembelajaran ini terdiri atas dua tahapan. Pertama, penyampaian dan
penyelesaian tugas. Kedua, diskusi atau analisis tahap pertama. Jadi,
intinya peserta didik diminta melakukan sesuatu, setelah itu
mendiskusikannya (refleksi bersama) atas apa yang telah terjadi.
3) Model Pembelajaran Pertemuan Kelas
Model
ini diciptakan berdasarkan terapi realitas yang dipelipori oleh William
Glasser. Terapi realitas merupakan landasan teori kepribadian yang
digunakan untuk terapi tradisional dan dapat diaplikasikan untuk
pengajaran.
Model pertemuan (diskusi kelas) terdiri atas enam tahap yaitu :
a) Menciptakan iklim (suasana) yang kondusif,
b) Menyampaikan permasalahan diskusi,
c) Membuat penilaian pribadi,
d) Mengidentifikasi alternatif tindakan solusi,
e) Membuat komitmen, dan
f) Merencanakan tindak lanjut tindakan.
Pendekatan
yang diterapkan dalam strategi pembelajaran bukan saja sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi juga sesuai dengan
perkembangan dalam psikologi belajar sistemik, yang dilandasi oleh
prinsip-prinsip psikolog behavioristik dan humanistik, serta kenyataan
dalam masyarakat sendiri.
Sloty Casino Hotel & Racetrack - MapyRO
BalasHapusSloty Casino 거제 출장마사지 Hotel & Racetrack features 1,716 slot machines and 3,716 구미 출장샵 video 안성 출장마사지 poker machines. View map and 거제 출장마사지 download free maps and 양주 출장안마 more.